Ketika ku sedari aku takkan sanggup menjalani pengabdian ini sendiri
tanpa dia 'Qarinahku disisiku
karena telah Allah kurniakan ia untuk ku
terima kasih yaa Rabb...
Kau kokohkan rahimnya untuk menyimpan dan membesarkan benih kasih sayang
Kau kuatkan bahunya untuk menjaga anak-anakku
Kau lembutkan hatinya untuk memberiku rasa aman
Kau teguhkan peribadinya untuk mendampingiku berjuang
Kau cahayai hatinya utk memaafkanku ketika ku salah dalam perkataan
Kau hembuskan kasih sayang tempatku curahkan hati dalam kegelisahan
Kau buat lentik matanya hingga menjadi jendela kedamaian dalam keluarga
Kau maniskan senyum merekah di bibirnya untuk ingatkan aku akan indahnya dunia
Kau jadikan tangannya terampil melayaniku dan membuatku tak berkekurangan
Yaa Rabb... Berikan kekuatan kepada hamba untuk terus menjaganya
agar tak pula menitis air mata di pipinya
agar mampu ku basuh air matanya
yang terpaksa mengalir kerana luka bathin dalam menjaga kesetiaannya padaku..
Dia Qarinahku
Lihatlah, Dialah Suamimu
Puisi W.S Rendra Menjelang Akhir Hayatnya
Puisi W.S. Rendra menjelang akhir hayatnya:
Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milik-ku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
Kutolak kemiskinan,
seolah semua derita adalah hukum bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas perlakuan baikku dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku
Ya ALLAH,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja